Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Jamu Jateng, Stefanus Handoyo Saputro bungah ketika mendengar kabar ini. Ia menyebut, penetapan status itu dilakukan di Kota Kasane, Botswana, oleh Komite Konvensi WBTB (Intangible Cultural Heritage/ICH), Rabu (6/12/2023) lalu.

“Kami tentu senang dengan kabar ini. Karena kami dulu juga ikut mengusulkan budaya sehat jamu menjadi WBTB nasional (2019) lewat Disdikbud Jateng. Dan kemudian dari nasional ditetapkan sebagai WBTB oleh UNESCO,” ujarnya dikutip dari siaran pers Humas Jateng, Jumat (8/12/23).

Setelah ditetapkan oleh UNESCO, Handoyo mengatakan siap terus melestarikan jamu melalui berbagai kegiatan. Dengan itu, ia berharap status yang diperoleh tetap lestari, dan tidak akan diklaim oleh bangsa lain.

Ia menyebut, ada beberapa keuntungan yang didapat setelah jamu diakui UNESCO sebagai WBTB tingkat dunia. Di antaranya, mengakselerasi pengembangan jamu sebagai brand Indonesia, pengakuan hak paten jamu adalah milik Indonesia, dan peluang meningkatkan kerja sama tingkat internasional.

“Selain itu tentu saja memberikan rasa bangga sebagai Bangsa Indonesia, atas penetapan ini,” sebutnya.

Sejarah Panjang Jamu di Jateng

Handoyo mengatakan, jamu memiliki historisitas panjang di bumi nusantara. Inskripsi jamu terpahat dalam relief Karmawibangga, yang terdapat di Candi Borobudur. Adapula relief di Candi Rimbi tahun 1329 Masehi, Prasasti Madhawapura 1305 Masehi, Serat Centhini 1814 Masehi, dan Situs Liyangan 800 Masehi.

Kemudian Industri jamu di Indonesia, tercatat, berkembang jauh sebelum pengumuman Kemerdekaan RI. Dimulai pada 1820 Masehi dari sebuah industri rumahan di Jateng, kemudian menyebar ke pulau lain di Indonesia.

Pada 1900, tumbuh industri jamu yang menjadi pabrik-pabrik besar, seperti Jamu Jago, Nyonya Meneer, Sido Muncul, Jamu Borobudur, Jamu Dami, hingga Jamu Air Mancur.

Kini, jumlah industri ekstrak bahan alam (di Jateng) ada tujuh, industri obat tradisional (IOT) ada 16, termasuk di dalamnya Sido Muncul, Jamu Jago, Borobudur, Deltomed dan Air Mancur. Usaha Kecil Obat Tradisional ada 153 unit, Usaha Mikro Obat Tradisional ada 264 unit. Selain itu, ada pula ribuan jamu gendong, yang kebanyakan ada di Sukoharjo, Demak, Banyumas, dan sebagainya. (Er)