INAPOS, JAKARTA – Setelah terbunuhnya Ismail Haniyeh di Taheran pekan lalu, Hamas telah mempunyai pemimpin politik baru yaitu sososk yang paling diburu dan menjadi musuh nomor satu Israel yaitu Yahya Sinwar.
Dikutip dari Al Arabiya, Rabu (7/8/2024) pekan lalu, Israel menuduh Sinwar sebagai salah satu dalang serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Alasan ini yang kemudian menjadikan Sinwar sebagai salah satu militan paling dicari Israel.
Sinwar diketahui berada di di Gaza. Ia menentang upaya Israel untuk membunuhnya sejak dimulainya perang pada Oktober lalu.
“Hamas mengumumkan pemilihan pemimpin Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut,” kata pernyataan dari Hamas.
AFP mengutip seorang pejabat senior Hamas yang mengatakan bahwa dengan memilih Sinwar, kelompok tersebut mengirimkan “pesan yang kuat kepada pendudukan (Israel) bahwa Hamas melanjutkan jalan perlawanannya.”
“Pembunuhan Haniyeh, yang percaya pada tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan, membuat Hamas memilih seorang pemimpin yang mengelola pertempuran dan perlawanan terhadap musuh,” ujar pejabat Hamas.
Siapakah Yahya Sinwar…?
Yahya Sinwar lahir di sebuah kamp pengungsi di kota Khan Younis di Gaza selatan. Sinwar yang saat ini berusia 61 tahun adalah anggota pendiri Hamas.
Pada 2017, Sinwar terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza setelah mendapatkan reputasi sebagai penegak hukum yang kejam dan musuh bebuyutan Israel. Kepribadiannya yang kuat menjadikan Sinwar dianggap sebagai tokoh paling berkuasa dalam kelompok tersebut.
Sinwar menghabiskan separuh masa dewasanya di penjara Israel. Mantan kepala dinas intelijen Hamas ini menghabiskan 23 tahun di penjara Israel menjalani empat hukuman seumur hidup karena percobaan pembunuhan dan sabotase.
Sebelum dipenjara, ia pernah menjabat sebagai kepala aparat keamanan al-Majd yang melacak, membunuh, dan menghukum warga Palestina yang dituduh bekerja sama dengan dinas rahasia Israel.
Sinwar dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran di mana Israel menukar 1.000 tahanan pada 2011 sebagai ganti Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditangkap lima tahun sebelumnya oleh Hamas. Sinwar dengan cepat kembali ke militansi dan mengatakan dia menyimpulkan bahwa menangkap tentara Israel adalah kunci untuk membebaskan tahanan dari Israel.
Juru bicara militer Israel Laksamana Daniel Hagari mengatakan. “Hanya ada satu tempat untuk Yahya Sinwar, dan itu di samping Mohammed Deif dan para teroris 7 Oktober lainnya. Itu adalah satu-satunya tempat yang kami siapkan dan rencanakan untuknya,” ujarnya kepada Al-Arabiya.
Hingga saat ini Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan para pimpinan Hamas. Namun mereka mengatakan telah membunuh pemimpin senior lainnya, termasuk wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri, yang terbunuh di Beirut, dan Mohammed Deif, komandan militer gerakan tersebut. (Red)