Penulis Oleh: Abdul Rohman Sukardi
Isu status pahlawan nasional sering mencuat menjadi polemik. Bahkan, selalu. Terus berulang.
Khususnya menjelang 10 November. Momentum ketika presiden menganugerahkan gelar pahlawan nasional setiap tahun.
Salah satu polemik tak berujung adalah status gelar kepahlawanan Presiden Soeharto. Hingga kini belum memperoleh gelar itu.
Beragam alasan. Adanya penolakan sejumlah pihak. Atau alasan masih belum lama berselang wafat.
Jika didasarkan fakta historis. Pada masa perjalanan Indonesia moderen. Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini. Hanya terdapat dua figur yang pantas memperoleh gelar itu. Sebelum figur-figur lain.
Dua figur itu: *Presiden Soekarno* dan *Presiden Soeharto*. Pengingkaran terhadap jasa kedua orang itu bukan saja ahistoris. Melainkan juga cerminan kekurangajaran terhadap bangsa sendiri.
Jika hedak ditambahkan figur lain. Mungkin Jenderal Soedirman. Walau pengabdiannya terbatas pada dimensi militer. Tidak pada ruang politik. Panglima perlawanan militer dalam mempertahankan kemerdekaan. Juga Pak Nasution. Peletak dasar visi dan strategi militer Indonesia. Gerilya.
Ketika figur lain dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Keempat figur itu harus terlebih dahulu di dalamnya. Keempatnya lebih berhak menyandangnya. Dibanding yang lain.
Terdapat tiga parameter penguat pengakuan kepahlawanan. Selain persyaratan kelayakan formal ketetapan pemerintah tentang pahlawan nasional.
Terkait syarat pemerintah itu, kedua figur itu: Soekarno-Soeharto, memang memenuhi syarat.
Parameter _*pertama*_, kontribusi membentuk, merebut, menjaga dan merawat kedaulatan Indonesia. Kepahlawanan nasional haruslah terkait orientasi peran dalam membentuk, menjaga dan merawat kedaulatan.
Tanpa bangunan kebangsaan yang berdaulat, tujuan nasional kebangsaan tidak akan tercapai.
Soekarno berjuang menghidupkan spirit nasionalisme Indonesia. Berdirinya Indonesia merdeka. Berjuang dalam medan politik semenjak remaja.
Keluar masuk penjara. Menikmati hidup dalam pengasingan yang satu ke pengasingan yang lain.
Ia merupakan bagian penting kemerdekaan Indonesia. Perumusan konstitusi. Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Membangun karakter bangsa. Membangun kelembagaan penyelenggaraan negara.
Soeharto ditakdirkan berjuang dalam medan militer. Sejak usia belum 24 tahun.
Merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Sejak beberapa hari setekah proklamasi kemerdekaan. Soeharto terbiasa dengan desingan peluru sejak remaja.
Bertaruh nyawa mengusir Jepang dan kembalinya Belanda. Ikut pula meredakan pemberontakan-pemberontakan.
Soeharto juga berjuang pada lapangan pembangunan. Setelah ia terpilih menjadi presiden. Membawa Indonesia dari negara miskin menjadi berkembang. Indonesia nyaris menjadi negara maju.
Parameter _*kedua*_, konsistensi peran. Sepanjang hidup.
Soekarno-Soeharto menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk membentuk, merebut, menjaga dan merawat kedaulatan Indonesia. Peran itu dijalaninya sejak remaja, hingga menjelang akhir hidupnya. Rentang pengabdian yang panjang. Bukan hanya satu momentum peran belaka.
_*Ketiga*_, kontribusi peran dalam puncak pusaran kebangsaan. Puncak-puncak kegentingan kebangsaan.
Berbeda dengan figur lain. Berjuang dalam satu dua momentum peristiwa penting. Soekarno-Soeharto konsisten berada dalam puncak-puncak kegentingan kebangsaan.
Sejak remaja, Soekarno dikenal sebagai pejuang nasionalisme. Selalu dalam radar pemerintah kolonial Belanda untuk di awasai. Kemudian menjadi salah satu aktor puncak perumusan Pancasila dan UUD 1945. Dipilih sebagai proklamator. Selain Muhammad Hatta.
Kemudian menjadi Persiden hingga tahun 1966. Semua itu puncak-puncak peran kebangsaan.
Soeharto bukan saja memimpin perlawanan terhadap kolonialis Jepang dan Belanda/Sekutu. Ia menyelamatkan kudeta terhadap Presiden Soekarno dalam peristiwa 3 Juli 1946. Ketika Indonesia merdeka belum genap satu tahun.
Kudeta itu merupakan salah satu puncak kegentingan kebangsaan.
Soeharto menjalani peran utama dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Terdapat upaya, peran itu dikaburkan. Akan tetapi tidak bisa menghapus fakta, perancana teknis serangan militer itu Letkol Soeharto. Sekaligus komandan penyerangan.
Peristiwa itu mengantar Indonesia untuk diakui kedaulatannya.
Banyak pejuang, akan tetapi tidak berada dalam situasi figur puncak penentu, diakunya kedaulatan.
Soeharto juga ditakdirkan sebagai perencana teknis militer sekaligus komandan pertempuran perebutan Irian Barat. Ia sedikit figur dalam dunia militer yang berkesempatan memimpin tiga matra pasukan bertempur untuk negaranya. Ia berhak status jenderal bintang 5.
Soeharto juga menjadi figur penentu menghadapi kudeta PKI 1965. Sebelum akhirnya terpilih sebagai presiden. Lebih 30 tahun berikutnya.
Soekarno memiliki gagasan Pancasila. Soeharto memiliki gagasan “Pembangunan sebagai penjabaran Pancasila dalam semua seginya”.
Soeharto berjasa dalam penanaman idiologi Pancasila melalui konsep penataran P4. Berdasarkan prinsip *“Eka Prasetya Panca Karsa”*.
Persiden Soeharto juga memiliki gagasan strategi pembangunan terencana, bertahap dan berkelanjutan. Diterjemahkan dalam Pelita. Gagasan awalnya dikemukakan di pasar Klewer tahun 1971.
Pembangunan KUD-BUUD dinilai sejumlah pihak juga merupakan gagasan originalnya.
Berdasar tiga kriteria di atas, kedua figur itu menempati prioritas pertama. Bersama Jenderal Soedirman. Mungkin juga Jenderal Nasution.
Figur lain tidak lebih pantas menyandang gelar pahlawan. Ketika figur-figur di atas belum menyandangnya.
ARS ([email protected]), Jaksel, 02-10-2024