INAPOS – KOTA CIREBON.- Berdiri sejak 14 April 1960, Apotek Pasuketan dikenal sebagai salah satu apotek tertua dan paling lengkap di Kota Cirebon.
Didirikan oleh Suwito Setiabudi, seorang apoteker berdedikasi tinggi, apotek ini selalu siap melayani kebutuhan kesehatan masyarakat, bahkan di tengah malam sekalipun.
Indrawati Setiabudi, anak pertama dari Suwito Setiabudi, menceritakan bagaimana ayahnya selalu siap membuka apotek saat ada pasien yang membutuhkan obat di tengah malam.
“Ayah hidup untuk mengabdi pada masyarakat,” kenang Indrawati. “Jika ada orang yang tidak mampu, pasti ayah akan memberi obat secara gratis. Dia selalu berat hati jika harus memberikan resep yang mahal kepada orang yang tidak mampu,” ungkapnya.
Pengabdian inilah yang membuat Apotek Pasuketan terkenal sebagai apotek dengan harga obat yang terjangkau dan pelayanan yang sangat baik.
Tidak hanya sekadar bisnis, Apotek Pasuketan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Cirebon selama lebih dari enam dekade.
Namun, di tengah perjalanan panjangnya, Apotek Pasuketan kini menghadapi ancaman kebangkrutan.
Indrawati Setiabudi, yang memiliki 25% saham di apotek ini, menuntut haknya yang belum diberikan secara maksimal.
Juanita Sulistyowati, pengelola apotek saat ini sekaligus istri dari Benyamin Setiabudi, adik Indrawati Setiabudi, menjadi fokus dari pertanyaan ini.
Indrawati Setiabudi mengungkapkan bahwa seluruh uang 25% dari sahamnya diperuntukkan untuk kegiatan sosial dan akan diwariskan kepada Mella, anak dari Benyamin Setiabudi.
Juanita, yang berasal dari Yogyakarta, dipercaya mampu merubah nasib Apotek Pasuketan. Namun, masalah pengelolaan yang salah dan utang Benyamin sebesar 11 miliar rupiah kepada ibunya, Indriani Tanudjaja, yang hanya dikembalikan 2,4 miliar rupiah, memperkeruh situasi.
Sebelum meninggal, Indriani juga sedang menuntut bagi hasil dari apotek yang belum pernah diberikan kepadanya.
Suwito Setiabudi, sang pendiri, meninggal dunia pada 10 Juli 2014, meninggalkan 50% saham kepada istrinya, Indriani, dan 50% kepada Benyamin.
Setelah meninggalnya Indriani pada 17 Juli 2021, saham tersebut dibagi menjadi 25% untuk Benyamin dan 25% untuk Indrawati Setiabudi. Benyamin yang kini fokus pada bisnis PBF PT Carmella Gustavindo, menyerahkan pengelolaan sehari-hari Apotek Pasuketan kepada Juanita.
“Bapak selalu mengajarkan kami untuk berbagi dan peduli pada orang lain. Saya ingin 25% bagian saya digunakan untuk dana kemanusiaan. Ini adalah bagian dari upaya menyadarkan mereka,” terangnya.
Kini, masa depan Apotek Pasuketan terletak di tangan Juanita Sulistyowati. Dengan semangat pengabdian yang diwariskan oleh pendirinya, Indrawati Setiabudi berharap apotek ini dapat bangkit kembali dan terus melayani masyarakat Cirebon seperti yang telah dilakukan selama 64 tahun terakhir. (Kris)