Jumat, April 19, 2024
BerandaHeadlineReuni 212, LSI Denny JA: Tak Ada Perubahan Signifikan Suara...

Reuni 212, LSI Denny JA: Tak Ada Perubahan Signifikan Suara Kedua Capres

JAKARTA, INAPOS – Hasil survei LSI Denny J.A. menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah Reuni 212 pada hari Minggu (2/12) lalu,  tidak memberikan efek signifikan terhadap suara kedua capres.

Sebelum Reuni 212, pada bulan November 2018 menunjukkan elektabilitas Jokowi/Ma’ruf sebesar 53,2 persen dan elektabilitas Prabowo/Sandi 31,2 persen.

Pasca-Reuni 212, pada bulan Desember 2018, elektabilitas Jokowi/Ma’ruf sebesar 54,2 persen dan elektabilitas Prabowo/Sandi 30,6 persen.  Kenapa?

Peneliti LSI Denny J.A, Adjie Alfaraby dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (19/12/2018) mengatakan, ada 5 alasan mengapa Reuni 212 tidak banyak mengubah elektabilitas.

Alasan 1. Mayoritas pemilih yang suka Reuni 212 sudah memiliki  sikap yang masih sulit dipengaruhi oleh Habib Rizieq untuk 2 hal: NKRI bersyariah dan Presiden Baru.

Habib Rizieq serukan NKRI Bersyariah. Tetapi mayoritas pemilih bahkan yang suka Reuni 212 yang pro NKRI Bersyariah sangat minoritas, hanya 12,8%.

Habib Rizieq serukan Presiden Baru : Prabowo. Tetapi mayoritas pemilih bahkan yang suka Reuni 212 masih sedikit lebih banyak yang sudah mempunyai pilihan ke Jokowi.

Alasan 2. Prabowo dan Reuni 212. Ada yang datang ke Prabowo dan ada yang pergi dari Prabowo karena Reuni 212.

Yang datang ke Prabowo. Dukungan komunitas PPA 212 dan FPI lebih banyak ke Prabowo setelah Reuni 212.

Yang pergi dari Prabowo. Dukungan NU, Muhammadiyah, Ormas lainnya, dan tidak merasa bagian dari ormas Islam manapun bergerak sedikit dari Prabowo ke Jokowi setelah Reuni 212.

“Pemilih yang berafiliasi dengan PA 212 dukungan terhadap Prabowo/Sandi pada bulan November 2018 sebesar 70,4 persen dan meningkat 82,6 persen,”jelas Adjie.

Alasan 3. Kepuasan Kinerja Jokowi. Penilaian atas kerja Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden tidak banyak berubah sebelum dan sesudah Reuni 212 dan mereka masih tetap puas di angka yang cukup tinggi (72, 1%).

Alasan 4. Ma’ruf Amin adalah jangkar Jokowi untuk pemilih Muslim.  Mayoritas 65,8% pemilih setuju bahwa simbol Islam tidak bisa digunakan untuk mengerus dukungan Islam ke Jokowi, karena Calon Wakil Presiden  Jokowi adalah pimpinan ulama.

Alasan 5. Jokowi berbeda dengan Ahok. Gerakan 212 efektif menurunkan elektabilitas Ahok karena isu “Ahok  tersangka  dengan tuduhan  penistaan agama” sementara Jokowi bukan Common Enemy bagi pemilih Muslim.

Demikian salah satu temuan survei terbaru LSI Denny JA. Survei dilakukan pada 5-12 Desember 2018, dengan menggunakan 1200 responden. Survei dilakukan  di 34 propinsi di Indonesia dengan metode multistage random sampling. Wawancara dilakuan secara tatap muka dengan menggunakan kuesioner. (red)

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -                

Most Popular

Recent Comments