Jumat, Maret 29, 2024
BerandaSejarahBukti-bukti perekat di Budaya Sunda 2

Bukti-bukti perekat di Budaya Sunda 2

1. Kidung Sunda Sebuah Karya Sastra Berkisah “Peristiwa Bubat”4
Pertama-tama dikemukakan terlebih dulu berkaitan dengan salah satu sumber yang menggambarkan serta merujuk pada kisah “Peristiwa Bubat” diungkapkan dalam karya sastra berjudul Kidung Sunda yang tertuang dalam dua serial, yakni jilid I dan II, masing-masing kerketebalan 156 dan 203 halaman.

Baca sebelumnya : Bukti-bukti perekat di Budaya Sunda

Buku yang dimaksud diterbitan (ulang) di Jakarta tahun 1980 oleh Depdikbud Proyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah.

Penyajian cerita Kidung Sunda tertuang dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia sebagai hasil terjemahan bebas oleh Haksan Wirasutisna dari bahasa Sunda berbentuk puisi naratif bermetrum pupuh, yang sesungguhnya juga dinyatakan sebagai terjemahan atau saduran dari bahasa sumber bahasa Kawi (Jawa Tengahan). Scara eksplisit hal ini tertulis: Beunang Nyalin tina Basa Kawi, Lalakon Alam Majapait ‘Hasil Terjemahan dari bahasa Kawi, Cerita Zaman Majapahit’.

Itulah sebabnya mengapa karya tersebut pada judulnya dilekatkan istilah kidung, yakni sebuah bentuk karya sastra berbahasa Jawa Tengahan yang bermetrum asli Jawa (Nusantara) dan cukup populer pada masanya. Karya sastra bermetrum kidung telah mendesak karya-karya bermetrum kakawin yang berbahasa Jawa Kuno. Kisah dalam karya sastra Kidung Sunda ini bersifat legendaris.

Tidak ada angka-angka tahun kejadian peristiwanya, sekalipun beberapa tokoh cerita yang utama diakui sebagai tokoh-tokoh historis. Seting atau tempat kejadian dimunculkan di dua tempat, yakni: Galuh Pakwan (Wilayah Sunda) dan Majapahit atau Wilwatikta (Wilayah Jawa) dengan pusat peristiwanya di sebuah lokasi yang disebut Bubat (Jawa Timur).

a) Tokoh Cerita Sebagai Pengemban Tema
Para tokoh atau pelaku yang dimunculkan dalam cerita Kidung Sunda ini pada dasarnya bersifat oposif atau berhadap-hadapan antara pihak Galuh Pakwan (Sunda) dengan pihak Majapahit atau Wilwatikta yang secara kuantitatas lebih didominasi oleh pihak Majapahit. Hal yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut.

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa tokoh pemeran penting dalam kisah Kidung Sunda ini adalah dari:
I. Pihak Galuh Pakwan (Sunda):
(1) Prabu Maharaja Galuh
(2) Putri Galuh, Retnayu Citraresmi
(3) Ki Anepaken, Patih Galuh
II. Pihak Majapahit (Jawa):
(1) Ratu Hayamwuruk
(2) Patih Madu, Papatih Majapahit yang memimpin proses lamaran
(3) Ratu Kahuripan, ayahanda Hayamwuruk
(4) Raja Daha, pamanda Hayamwuruk
(5) Gajah Mada alias Ki Lembumuksa, Patih Agung Majapahit.

Bersambung………………

RELATED ARTICLES
- Advertisment -  

Most Popular

Recent Comments